Rabu, 02 Januari 2013

asuhan keperawatan GLAUKOMA

DEFINISI GLAUKOMA

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

ETIOLOGI GLAUKOMA

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
  1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
  2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

KLASIFIKASI GLAUKOMA

  1. Glaukoma primer
    1. Glaukoma sudut terbuka
      Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
      Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
    2. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
      Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
      Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
  2. Glaukoma sekunder

    Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
    1. Perubahan lensa
    2. Kelainan uvea
    3. Trauma
    4. Bedah
  3. Glaukoma kongenital
    1. Primer atau infantil
    2. Menyertai kelainan kongenital lainnya
  4. Glaukoma absolut

    Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
    Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya

  1. GLAUKOMA AKUT
    1. Definisi
      Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
    2. Etiologi
      Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
    3. Faktor Predisposisi
      Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
    4. Manifestasi klinik
      1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
      2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
      3. Tajam penglihatan sangat menurun.
      4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
      5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
      6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
      7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
      8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
      9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
      10. Tekanan bola mata sangat tinggi.
      11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
    5. Pemeriksaan Penunjang
      Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
      Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
    6. Penatalaksanaan
      Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
  2. GLAUKOMA KRONIK
    1. Definisi
      Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
    2. Etiologi
      Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
    3. Manifestasi klinik
      Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
    4. Pemeriksaan Penunjang
      Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
      Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
    5. Penatalaksanaan
      Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

PATHWAY GLAUKOMA

  1. Download Pathway Glukoma

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

  1. Pengkajian
    1. Aktivitas / Istirahat :
      Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
    2. Makanan / Cairan :
      Mual, muntah (glaukoma akut)
    3. Neurosensori:
      1. Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
      2. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
      3. Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
        Tanda :
        1. Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
        2. Peningkatan air mata.
      4. Nyeri / Kenyamanan :
        1. Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
        2. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
      5. Penyuluhan / Pembelajaran
    4. Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
    5. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
    6. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
  2. Pemeriksaan Diagnostik
    1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
    2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
    3. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
    4. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
    5. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
    6. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
    7. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
    8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi, PAK.
    9. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Glaukoma

  1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
    1. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
    2. Kriteria hasil :
      1. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
      2. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
      3. Ekspresi wajah rileks
    3. Intervensi :
      1. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
      2. Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
      3. Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
      4. Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
      5. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
      6. Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
      7. Berikan analgesik sesuai anjuran
  2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
    1. Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
    2. Kriteria Hasil:
      1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
      2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
    3. Intervensi :
      1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
      2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
      3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
      4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam
      5. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
  3. Ansitas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
    1. Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
    2. Kriteria Hasil :
      1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
      2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
      3. Pasien menggunakan sumber secara efektif
    3. Intervensi :
      1. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
      2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
      3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
      4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
  4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
    1. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
    2. Kriteria Hasil :
      1. Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan
      2. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
      3. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
    3. Intervensi :
      1. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
      2. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
      3. Izinkan pasien mengulang tindakan.
      4. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
      5. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
      6. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
      7. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
      8. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat
      9. Tekankan pemeriksaan rutin.
      10. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma

DAFTAR PUSTAKA

  1. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002
  2. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000
  3. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982 
  4. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
  5. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000
  6. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

asuhan keperawatan demam berdarah

A. Pengertian Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY)

B. Penyebab Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Penyebab Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty)
nyamuk aedes aegypti

C. Tanda dan gejala Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
  1. Meningkatnya suhu tubuh
  2. Nyeri pada otot seluruh tubuh
  3. Suara serak
  4. Batuk
  5. Epistaksis
  6. Disuria
  7. Nafsu makan menurun
  8. Muntah
  9. Ptekie
  10. Ekimosis
  11. Perdarahan gusi
  12. Muntah darah
  13. Hematuria masif
  14. Melena

D. Klasifikasi Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Klasifiksi DHF menurut WHO
  1. Derajat I
    Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
  2. Derajat II
    Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
  3. Derajat III
    Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
  4. Derajat IV
    Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
Pemeriksaan Diagnostik Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)
  1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih), Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mmatau kurang)
  2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
  3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura

E. Pathways Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

  1. Download Pathway Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

F. Penatalaksanaan Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Medik
  1. DHF tanpa Renjatan
    1. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
    2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
    3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
    4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
  2. DHF dengan Renjatan
    1. Pasang infus RL
    2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
    3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan
  1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
    1. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
    2. Observasi intike - output
    3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
    4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
    5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
  2. Resiko Perdarahan
    1. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
    2. Catat banyak, warna dari perdarahan
    3. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
  3. Peningkatan suhu tubuh
    1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
    2. Beri minum banyak
    3. Berikan kompres

F. Asuhan Keperawatan pada pasien Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

  1. Pengkajian
    1. Kaji riwayat Keperawatan
    2. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran)
  2. Diagnosa Keperawatan
    1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
    2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
    3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
    4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
    5. Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
  3. Perencanaan
    1. Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
    2. Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat
    3. Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
    4. Keluarga menunjukkan koping yang adaptif
  4. Implementasi
    1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
      1. Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
      2. Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produksi urine menurun
      3. Mengobservasi dan mencatat intake dan output
      4. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
      5. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
      6. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
      7. Memonitor dan mencatat berat badan
      8. Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
      9. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
    2. Perfusi jaringan Adekuat
      1. Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Capillary Refill )
      2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
      3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri , pembengkakan kaki )
    3. Kebutuhan nutrisi adekuat
      1. Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
      2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
      3. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
      4. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
      5. Mempertahankan kebersihan mulut pasien
      6. Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
    4. Mempertahankan suhu tubuh normal
      1. Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
      2. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
      3. Lakukan “ tapid sponge” (seka) dengan air biasa
      4. Tingkatkan intake cairan
      5. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
    5. Mensupport koping keluarga Adaptif
      1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
      2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
      3. Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

G. Pencegahan Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
  1. Rumah selalu terang
  2. Tidak menggantung pakaian
  3. Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
  4. Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
  5. Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan Pendidikan Kesehatan
  1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
  2. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping
  3. Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
  4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

  1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
  2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
  3. Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267

asuhan keperawatan

A. DEFINISI TONSILITIS

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilitis

B. ETIOLOGI TONSILITIS

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
  1. Streptokokus Beta Hemolitikus
  2. Streptokokus Viridans
  3. Streptokokus Piogenes
  4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

C. PROSES PATOLOGI TONSILITIS

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil.
Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara.
Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D. PATHWAYS TONSILITIS

  1. Download Pathway Tonsilitis

E. MANIFESTASI KLINIS TONSILITIS

Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
  1. Nyeri tenggorok
  2. Nyeri telan
  3. Sulit menelan
  4. Demam
  5. Mual
  6. Anoreksia
  7. Kelenjar limfa leher membengkak
  8. Faring hiperemis
  9. Edema faring
  10. Pembesaran tonsil
  11. Tonsil hiperemia
  12. Mulut berbau
  13. Otalgia (sakit di telinga)
  14. Malaise

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG TONSILITIS

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
  1. Leukosit : terjadi peningkatan
  2. Hemoglobin : terjadi penurunan
  3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

G. KOMPLIKASI TONSILITIS

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
  1. Tonsilitis kronis
  2. Otitis media

H. PENATALAKSANAAN TONSILITIS

Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
  1. Penatalaksanaan medis
    1. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
    2. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
    3. Analgesik untuk meredakan nyeri
  2. Penatalaksanaan keperawatan
    1. Kompres dengan air hangat
    2. Istirahat yang cukup
    3. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
    4. Kumur dengan air hangat
    5. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

I. FOKUS PENGKAJIAN ASKEP TONSILITIS

  1. Keluhan utama
    1. Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
  2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
  3. Riwayat kesehatan lalu
    1. Riwayat kelahiran
    2. Riwayat imunisasi
    3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
    4. Riwayat hospitalisasi
  4. Pengkajian umum
    1. Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
  5. Pernafasan
    1. Kesulitan bernafas, batuk
    2. Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
      1. T0 : bila sudah dioperasi
      2. T1 : ukuran yang normal ada
      3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
      4. T3 : pembesaran mencapai garis tengah
      5. T4 : pembesaran melewati garis tengah
  6. Nutrisi
    1. Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
  7. Aktifitas / istirahat
    1. Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
  8. Keamanan / kenyamanan
    1. Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN TONSILITIS

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :
  1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
    1. Intervensi Keperawatan :
      1. Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
      2. Pantau suhu lingkungan
      3. Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
      4. Berikan kompres hangat
      5. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
      6. Kolaborasi pemberian antipiretik
  2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
    1. Intervensi Keperawatan:
      1. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi)
      2. Kaji Tanda-tanda Vital
      3. Berikan posisi yang nyaman
      4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
      5. Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
      6. Kolaborasi pemberian analgetik
  3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia
    1. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
      2. Timbang BB tiap hari
      3. Berikan makanan dalam keadaan hangat
      4. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik
      5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
      6. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
  4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
    1. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
      2. Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
      3. Monitor Tanda-tanda Vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
      4. Berikan lingkungan yang tenang
      5. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
  5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii
    1. Intervensi Keperawatan:
      1. Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
      2. Lakukan irigasi telinga
      3. Berbicaralah dengan jelas dan pelan
      4. Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi
      5. Kolaborasi pemeriksaan audiometri
      6. Kolaborasi pemberian tetes telinga

DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
  2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
  3. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
  4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

search

RESORT INDONESIA © 2008 Template by:
SkinCorner